Sabtu, 14 Juli 2012

Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan (Urinaria)

0 komentar
A.    Pengertian Sistem Urinaria

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).


B. Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria :

1. GINJAL


Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen.

Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.

Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.

Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.

Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat teratur.

Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.


a. Bagian – Bagian Ginjal

Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).

1. Kulit Ginjal (Korteks)

Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi

Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.


2. Sumsum Ginjal (Medula)

Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.


3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)

Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).



b. Fungsi Ginjal:

1. Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya amonia.

2. Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).

3. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.

4. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.


c. Tes Fungsi Ginjal Terdiri Dari :

1. Tes untuk protein albumin

Bila kerusakan pada glomerolus atau tubulus, maka protein dapat bocor masuk ke dalam urine.

2. Mengukur konsentrasi urenum darah

Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan urenum maka urenum darah naik di atas kadar normal (20 – 40) mg%.

3. Tes konsentrasi

Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai seberapa tinggi berat jenisnya naik.


d. Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal

Peredaran Darah

Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.


Persyarafan Ginjal

Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.


2. URETER

Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari :

a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

b. Lapisan tengah otot polos

c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).

Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.

Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.



3. VESIKULA URINARIA ( Kandung Kemih )

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.

Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.

Bagian vesika urinaria terdiri dari :

1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.

2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.

3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.

Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).


Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).

Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.

Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.

Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).

Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.

Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.


4. URETRA

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.

Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm.

Uretra pada laki – laki terdiri dari :

1. Uretra Prostaria

2. Uretra membranosa

3. Uretra kavernosa

Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa.

Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.


C. Urine (Air Kemih)

1. Sifat – sifat air kemih

- Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya.

- Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.

- Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.

- Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.

- Baerat jenis 1.015 – 1.020.

- Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).


2. Komposisi air kemih

- Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air

- Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin

- Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat

- Pigmen (bilirubin, urobilin)

- Toksin

- Hormon


3. Mekanisme Pembentukan Urine

Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 – 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.


4. Tahap – tahap Pembentukan Urine

a. Proses filtrasi

Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginja.





b. Proses reabsorpsi

Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.

c. Augmentasi (Pengumpulan)

Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya.

Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.


4. Mikturisi

Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melui ureter ke dalam kandung kemih., keinginan untuk buang air kecil disebabkan penanbahan tekanan di dalam kandung kemih dimana saebelumnmya telah ada 170 – 23 ml urine.

Miktruisi merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat – pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya.

5. Ciri – ciri Urine Normal

Rata – rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata – rata 6.
fahminazzy.blogspot.com/2012/07/15.html
newer post

Selasa, 10 Juli 2012

Diet penyakit pada saluran pencernaan

0 komentar
fahminazzy.blogsopt.com/2012/07/10/diet-penyakit-pada- saluran-pencernaan.html
A.      GAMBARAN UMUM
saluran  pencernaan dalah saluran yang berfungsi untuk mencerna makanan, mengabsorpsi  zat-zat gizi, dan mengekresi sisa-sisa pencernaan. Saluran cerna terdiri atas mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus.
Gangguan pencernaan dan absorpsi dapat terjadi pada proses menelan, mengosongkan lambung, absorpsi zat-zat gizi, dan proses buang air besar (defekasi). Gangguan ini antara lain terjadi karena infeksi atau peradangan, gangguan motilitas, perdarahan atau hematemesis – melena, kondisi saluran cerna pasca bedah, dan tumor atau kanker. Penyakit-penyakit saluran cerna yang terjadi antara lain stenosis esophagus, gastritis akut atau kronik, hematenesis –melena, ulkus peptikum, sindroma dumping, hemoroid, diare dan kostipasi.
Manifestasi yang terjadi pada pasien dapat berupa disfagia, dyspepsia, diare, konstipasi hematenesis, melena dan hematokesia.
Menurut lokasinya, penyakit saluran cerna dibagi dalam 2 kelompok, yaitu penyakit saluran cerna atas dan penyakit saluran cerna bawah.

B.      DIET PENYAKIT SALURAN CERNA ATAS
Ø  Diet disfagia

Gambaran umum

Disfagia adalah kesulitan menelan karena adanya gangguan aliran makanan pada saluran cerna. Hal ini dapat terjadi karena kelainan system saraf menelan, pasca stroke, dan adanya massa atau tumor yang menutupi saluran cerna. Pasien memerlukan penanganan khusus tentang cara pemberian maupun bentuk makanannya.

*      TUJUAN DIET

Tujuan diet disfagia adalah untuk :
1.       Menurunkan resiko aspirasi akibat masuknyya makanan ke dalam saluran pernapasan
2.       Mencegah dan mengoreksi defesiensi zat gizi dan cairan

*      SYARAT DIET
Syarat-syarat diet disfagia adalah :
1.       Cukup energy, protein, dan zat gizi lainnya
2.       Mudah dicerna, porsi makanan kecil dan sering diberikan
3.       Cukup cairan
4.       Bentuk makanan bergantung pada kemampuan menelan. Diberikan secara bertahap, dimulai dari makanan cair penuh atau cairan kental, makanan saring, kemudian makanan lunak
5.       Makanan cair jernih tidak diberikan karena sering menyebabkan tersendak atau aspirasi
6.       Cara pemberian makanan dapat per oral atau melalui pipa (selang) atau sonde

*      MACAM DIET DAN INDIKASI PEMBERIAN

Disfagia dapat terjadi pada lansia, adanya gangguan saran menelan,tumor  esophagus. Bentuk makanan tergantung pada cara pemberian. Bila diberikan melalui pipa, makanan diberikan dalam bentuk makanan cair penuh; bila diberikan per oral maka makanan diberikan dalam bentuk dalam bentuk makanan cair kental, saring, atau lunak (lihat makanan cair, saring dan lunak).

*      CARA MEMESAN DIET

Makanan cair penuh/makanan cair kental/makanan cair/makanan lunak (MCP/MCK/MS/ML)

*      DIET PASCA HEMATEMESIS-MELENA
       
Hematemesis melena adalah keadaan muntah dan buang air besar berupa darah akibat luka atau kerusakan pada saluran cerna.

*      TUJUAN DIET

Tujuan diet pasca hematemesis melena adalah untuk:
1. memberikan makanan secukupnya yang memungkinkan istirahat pada saluran cerna,mengurangi resiko perdarahan ulang,dan mencegah aspirasi .
2. mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin .

*      SYARAT DIET

Syarat-syarat diet pasca hematemesis melena adalah:
1. tidak merangsang saluran cerna
2. tidak meninggalkan sisa
3.pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk member I istirahat pada lambung
4. diet diberikan jika perdarahan pada lambung atau duodenum sudah tidak ada

*      JENIS DIET DAN INDIKASI PEMBERIAN

Diet diberikan dalam bentuk makanan cair jernih, tiap 2-3 jam pasca perdarahan. Nilai gizi makanan ini sangat rendah, sehingga diberikan selama 1-2 hari saja (lihat makanan cair jernih).


*      CARA MEMESAN DIET

Makanan cair jernih (MCJ)

C.      DIET PENYAKIT PADA SALURAN CERNAH BAWAH

*      TUJUAN DIET

Tujuan diet penyakit usus inflamatorik adalah :
1.       Memperbaiki ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
2.       Mengganti kehilangan zat gizi dan memperbaiki status gizi kuranag
3.       Mencegah iritasi dan inflamasi lebih lanjut
4.       Mengistirahatkan usus pada masa akut

*      SYARAT DIET

Syarat-syarat diet pada usus imflamatorik adalah :
1.       Pada fase akut dipuasakan dan diberi makanan secara parenteral saja
2.       Bila fase akut teratasi, pasien diberi makanan secara bertahap,mulai dari bentuk cair (per oral maupun enteral),  kemudian meningkat menjadi diet sisa rendah dan serat rendah
3.       Bila gejala hilang dapat diberikan makanan biasa
4.       Kebutuhan gizi, yaitu :
a.       Energy tinggi dan protein tinggi
b.      Suplemen vitamin dan mineral antara lain vitamin A, C, D, asam folat, vitamin B12, kalsium, zat besi, maknesium dan seng
5.       Makanan enteral rendah atau bebas laktosa dan mengandung asamlemak rantai sedang dapat diberikan karena sering
newer post

Bowel training

0 komentar


A.  BOWEL TRAINING
Eleminasi bowel adalah pembuangan sisa metabolisme makanan dari dalam tubuh yang tidak dibutuhkan lagi dalam bentuk bowel (feses). Organ-organ yang berperan dalam pembuangan. eleminasai bowel adalah Saluran Gastrointestinal yang dimulai dari mulut sampai anus.
B. Dalam proses defekasi terjadi dua macam refleks yaitu :
1.      Refleks defekasi intrinsic Refleks ini berawal dari feses yang masuk rectum yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus ingentikus dan terjadilah gerakan  peristaltik. Setelah  feses tibadi anus secara sistematis spingter interna relaksasi maka terjadi defekasi.
2.      Refleks Defekasi Parasimpatis Feses yang masuk ke rectum akan merangsang saraf rectum yang kemudian diteruskan ke spinal coral,dan dari sini kemudian dikembalikan  ke kolon desenden,sigmoid dan rectum yang manyababkan intensifnya peristaltik. Relaksasi spinter internamaka terjadilah defekasi.Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontrol abdomen, disfragma, dan kontraksi otot.
Faktor-fakor Yang Mempengaruhi Proses Defekasi :
Usia : bayi kontrol defekasi belum berkembang, usika kontrol defekasi menurun.
Diet : makanan bersifat mempercepat prosews produlsi feses, juga kwantitas makanan.
Intak Cairan : Ciran kurang feses libih keras karena absorbsi cairan meningkat
Aktifitas : Tonus otot abdomen, pelvis dan diafragma akan membantu proses defekasi.
Psikologis : Cemas, takut, marah, akan  meningkatkan pristaltik sehingga menyebabkan diare.
Pengobatan
Gaya Hidup : Kebiasaan untuk melatih pola BAB sejak kecil secara teratur, fasilitas BAB dankebiuasaan menahan BAB.
Penyakit : Diare, konstipasi.
Anastesi dan Pembedahan : Biasanya 24-48 jam.
Nyeri : bisa mengurangui keinginan Kerusakan Sensori motorik

C. Defenisi Bowel Training
     Bowel training adalah  pelatihan usus membantu untuk membangun  kembali gerakan usus normal pada orang  yang  menderita sembelit, diare, inkontinensia ketidak teraturan, atau.Aktivitas usus yang sehat dianggap satu atau dua gerakan  ukuran sedang setiap hari.
     Bowel training adalah  membantu pasien untuk melatih bowel terhadap evakuasi interval yang spesifik, dengan tujuan untuk melatih bowel secara rutin pada pasien yang mengalami gangguan pola bowel, dilakukan  pada pasien yang mengalami masalah eliminasi bowel tidak teratur. Pada klien yang mengalami konstipasi kronik, sering terjadi obstipasi / inkontinensia feses, program bowel training dapat membantu mengatasinya. Program ini didasarkan pada faktor dalam kontrol klien dan didesain untuk membantu klien mendapatkan kembali defekasi normal. Program ini berkaitan dengan asupan cairan dan makanan, latihan dan kebiasaan defekasi. Sebelum mengawali program ini, klien harus memahaminya dan terlibat langsung. Secara garis besar program ini adalah sebagai berikut :
Tentukan kebiasaan defekasi klien dan faktor yang membantu dan menghambat defekasi normal.
Desain suatu rencana dengan klien yang meliputi :
§  Asupan cairan sekitar 2500 – 3000 cc/hari 
§  Peningkatan diit tinggi serat
§  Asupan air hangat, khususnya sebelum waktu defekasi
§  Peningkatan aktivitas / latihan
§  Pertahankan hal-hal berikut secara rutin harian selama 2 – 3 minggu :
Berikan suppository katarsis (seperti dulcolax) 30 menit sebelum waktu defekasi klien untuk merangsang defekasi. 
Saat klien merasa ingin defekasi, bantu klien untuk pergi ke toilet / duduk di Commode atau bedpan. Catat lamanya waktu antara pemberian suppository dan keinginan defekasi.
Berikan klien privacy selama defekasi dan batasi waktunya, biasanya cukup 30 – 40menit.
 Ajarkan klien cara-cara meningkatkan tekanan pada kolon, tetapi hindari mengecan berlebihan, karena dapat mengakibatkan hemorrhoid.
Berikan umpan balik positif kepada klien yang telah berhasil defekasi. Hindari negatif feedback jika klien gagal. Banyak klien memerlukan waktu dari minggu sampai bulan untuk mencapai keberhasilan.
D. Tujuan bowel training
      Ada beberapa tujuan dilakukannya bowel training pada klien yang memiliki masalah eliminasi feses yang tidak teratur, antara lain sebagai berikut:
·      Program bowel taraining dapat membantu klien mendapatkan defekasi yang normal. Terutama klien yang masih memiliki control newromuskular (Doughty, 1992).
·      Melatih defekasi secara rutin pada klien yang mengalami gangguan pola eliminasi feses atu defekasi.

Indikasi
Bowel training dilakukan pada klien dengan:
·      Inkontinensia usus (tidak mampu mengontrol pengeluran feses secara normal), membantu klien mendapatkan defekasi yang normal dan rutin.

Kontra Indikasi:
·      Klien dengan diare

E. Persiapan
a.    Persiapan pelaksanaan (termasuk alat dan bahan)
·      Merencanakan waktu
·      Menyiapkan obat-obat yang diperlukan
·      Menyiapkan menu makanan yang dianjurkan
b.   Persiapan Klien
·      Menanyakan identitas klien dan mengkaji masalah klien
·      Menjaga privasi klien

F. Langkah kerja
Langkah-langkah bowel training Anda dapat menggunakan stimulasi digital untuk memicu buang air besar:
§  Masukkan jari pelumas kedalam anus dan membuat gerakan melingkar sampai sphincter berelaksasi. Ini mungkin memakan waktu beberapa menit.
§  Setelah melakukan rangsangan, duduk dalam posisi normal untuk buang air besar.Jika dapat berjalan, duduk di toilet atau toilet samping tempat tidur. Jika terbatas pada tempat tidur, gunakan pispot. Masuk ke sebagai dekat dengan posisi duduk mungkin,atau menggunakan posisi berbaring sebelah kiri jika tidak mampu untuk duduk.
§  Cobalah untuk mendapatkan privasi sebanyak mungkin. Beberapa orang menemukan bahwa membaca sambil duduk di toilet membantu mereka bersantai cukup untuk memiliki gerakan usus.
§  Jika rangsangan digital tidak menghasilkan buang air besar dalam waktu 20 menit,ulangi prosedur.
§  Cobalah untuk kontrak otot-otot perut dan menanggung turun sementara melepaskan tinja. Beberapa orang merasa terbantu dengan membungkuk ke depan sementara bantalan bawah. Hal ini meningkatkan tekanan abdominal dan membantu usus kosong.
§  Lakukan stimulasi digital setiap hari sampai membangun pola buang air besar teratur.
Anda juga dapat merangsang gerakan usus dengan menggunakan supositoria (gliserinatau Dulcolax) atau enema kecil. Beberapa orang minum jus prune hangat atau nektar  buah untuk merangsang gerakan usus.Konsistensi sangat penting untuk keberhasilan program pelatihan kembali usus.Menetapkan waktu yang ditetapkan untuk buang air besar setiap hari. Pilih waktu yangnyaman, dengan mengingat jadwal harian. Waktu terbaik untuk buang air besar adalah 20-40menit setelah makan, karena makan merangsang aktivitas usus.Dalam beberapa minggu, kebanyakan orang mampu membangun rutinitas buang air besar.
fahminazzy.blogspot.com/2012/07/10/bowel-training.html
newer post

Senin, 09 Juli 2012

Terapi Lingkungan (MILIEU THERAPY)

0 komentar
KONSEP TERAPI LINGKUNGAN
Lingkungan telah didefinisikan dengan berbagai pandangan, lingkungan merujuk pada keadaan fisik, psikologis, dan social diluar batas system, atau masyarakat dimana system itu berada (Murray Z., 1985).

PENGERTIAN
Milieu berarti lingkungan, terapi mileu berarti menggunakan secara efektif lingkungan sosial sebagai bagian pengobatan. Mulai staf, aktivitas dan semua sumber daya digunakan untuk memfasilitasi tercapainya fungsi tertinggi pasien.

Komunitas terapeutik sering dikatakan sebagai awal terapi milieu, pada terapi ini,  pasien diarahkan untuk bertanggungjawab pada pengobatannya dan staf yang ada akan bersifat demokrasi. Komunitas terapeutik menekankan kemampuan interaksi pasien dengan lingkungannya.

Terapi milieu menggunakan seluruh aspek lingkungan sebagai alat terapi. (Greene, 1989). Mulai dari orang, sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang ada dilingkungan pasien bertujuan untuk meningkatkan fungsi optimal pasien, pertumbuhan interpersonal dan proses adaptasi dengan kehidupan di luar rumah sakit. (Garitson, 1988). Terapi milieu sering juga disebut milieu terapeutik yang  berarti lingkungan yang menyembuhkan.

TUJUAN MILIEU THERAPY
Menurut Stuart dan Sundeen:
Ø  Mengembangkan harga diri
Ø  Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain
Ø  Menumbuhkan sikap percaya pada orang lain
Ø  Mempersiapkan diri kembali ke masyarakat
Ø  Mencapai perubahan yang positif



KARAKTERISTIK MILIEU THERAPY
a)      Pasien merasa akrab dengan lingkungan.
b)      Pasien merasa senang /nyaman tidak merasa takut dengan lingkungannya.
c)      Kebutuhan-kebutuhan fisik pasien mudah dipenuhi.
d)     Lingkungan rumah sakit/bangsal yang bersih.
e)      Lingkungan menciptakan rasa aman.
f)       Personal dari lingkungan rumah sakit/bangsal menghargai pasien sebagai individu yang memiliki hak, kebutuhan dan pendapat serta menerima perilaku pasien sebagai respon adanya stress.
g)      Lingkungan yang dapat mengurangi pembatasan-pembatasan atau larangan dan memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan pilihannya dan membentuk perilaku yang baru.
h)      Memudahkan perhatian terhadap Px.
i)        Px merasakan keakraban dengan lingkungan

KARAKTERISTIK TERAPIS
·         Fleksibel, toleran, demokratis
·         Kerjasama dalam membuat keputusan
·         Jujur
·         Toleran terhadap cemas, konflik, konfrontasi
·         Berbagai informasi dalam waktu yang tepat dan orang yang tepat
·         Yakin bahwa semua orang dapat berubah, tumbuh dan berfungsi secara lebih efektif
       (Fotokopi Beck and Rawlins, 1993, hal.510)
PROSES KEPERAWATAN
1.      Dimensi Fisik
Ø  Meliputi semua gambaran konkrit bagian eksternal kehidupan RS.
Ø  Setting’y meliputi:
·         Bentuk dan struktur bangunan
·         Pola interaksi masyarakat dan keluarga
Ø  Aspek yg m’pengaruhi t’wujud’y lingkungan fisik terapeutik:
·         Lingkungan fisik yang tetap
Mencakup:
ü  Bentuk Bangunan Eksternal:
Struktur luar RS, yaitu lokasi dan letak gedung yang sesuai; di tengah-tengah pemukiman penduduk serta tidak diberi pagar tinggi. Diharapkan dapat membantu memelihara hubungan terapeutik pasien dengan masyarakat, memberikan kesempatan keluarga untuk tetap mengakui keberadaan pasien serta menghindari kesan terisolasi.
ü  Bagian Internal
Meliputi:
o   Penataan struktur sesuai keadaan rumah tinggal yg dilengkapi ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi, WC, dan ruang makan.
o   Masing-masing diberi nama U/ m’berikan stimulasi pd Px khusus’y yg m’alami gangguan mental, merangsang memori dan m’cegah disorientasi ruangan.
o   Ruangan dilengkapi jadwal kegiatan harian, jadwal terapi aktivitas kelompok, jadwal kunjungan keluarga, dan jadwal khusus misal’y rapat ruangan.

·         Lingkungan fisik semi tetap
Fasilitas-fasilitas berupa alat kerumahtanggaan meliputi lemari, kursi, meja, peralatan dapur, peralatan makan, mandi, dsb. Semua perlengkapan diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan pasien bebas berhubungan satu dengan yang lainnya serta menjaga privasi pasien.

·         Lingkungan fisik tidak tetap
Lebih ditekankan pada jarak hubungan interpersonal individu dengan penataan ruangan serta sangat dipengaruhi oleh social budaya.

2.      Dimensi Psikososial
Lingkungan yang kondusif yaitu fleksibel dan dinamis yang memungkinkan pasien berhubungan dengan orang lain dan dapat mengambil keputusan serta toleransi terhadap tekanan eksternal.
Klien: tanggung jawab terhadap perilaku sehat-sakitnya.
Terapis: semua anggota tim mempunyai tujuan untuk peningkatan kesehatan Kx.
Prinsip yg perlu diyakini petugas saat b’interaksi dg Px:
1.      Tingkah laku dikomunikasikan dengan jelas untuk mempertahankan, mengubah tingkah laku pasien.
2.      Penerimaan dan pemeliharaan tingkah laku pasien tergantung dari tingkah laku partisipasi petugas kesehatan dan keterlibatan pasien dalam kegiatan belajar.
3.      Perubahan tingkah laku pasien tergantung pada perasaan pasien sebagai anggota kelompok dan pasien dapat mengikuti atau mengisi kegiatan.
4.      Kegiatan sehari-hari mendorong interaksi antara pasien.
5.      Mempertahankan kontak dengan lingkungan misalnya adanya kalender harian dan adanya papan nama dan tanda pengenal bagi petugas kesehatan.

3.      Dimensi Intelektual
Warna, lampu/cahaya, suara, temperatur, bau, rasa.
o   Penataan ruang: tidak komplek (tidak rumit)
o   Contoh warna:
Biru, hijau            : Tenang, teduh U/ Kx gaduh
Merah                   : Merangsang Kx yang menarik diri

4.      Dimensi Emosional
Semua faktor fisik – intelektual – sosial/ psikososial            menghasilkan suasana emosi.
Misal: ‘saya tenang disini’
U/ ini terapis berperan:
Ø   Tulus
Ø   Empati
Ø   M’ciptakan suasana: hangat, aman, percaya
Ø   Mendukung

5.      Dimensi Spiritual
Ø  Tersedia tempat beribadah, buku suci
Ø  Narasumber

PERAN PERAWAT DALAM TERAPI LINGKUNGAN
  1. Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman
  2. Penyelenggaraan proses sosialisasi
  3. Sebagai teknis perawatan
  4. Sebagai leader atau pengelola

JENIS-JENIS KEGIATAN TERAPI LINGKUNGAN
a.       Terapi rekreasi
Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang, dengan tujuan pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial.
b.      Terapi kreasi seni
Ø  Dance therapy/menari
Ø  Terapi musik
Ø  Terapi dengan menggambar/melukis
Ø  Literatur/biblio therapy/terapi membaca
c.       Pet therapy
Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang tidak mampu mengadakan hubungan interaksi dengan orang-orang dan pasien biasanya merasa kesepian, menyendiri. Diberikan terapi dengan merawat binatang – binatang.
d.      Plant therapy
Terapi ini bertujuan untuk mengajar pasien untuk memelihara segala sesuatu/mahluk hidup, dan membantu hubungan yang akrab antara satu pribadi kepada pribadi lainnya. Diberikan terapi dengan merawat tumbuh-tumbuhan.
TERAPI LINGKUNGAN PADA KONDISI KHUSUS
a.       Pasien rendah diri (low self esteem) , depresi (depression) bunuh diri (suicide).
Syarat lingkungan secara psikologis harus memenuhi hal-hal sbb:
1.      Ruangan aman dan nyaman
2.      Terhindar dari alat-alat yang dapat mencederai diri
3.      Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis di lemari dalam keadaan terkunci
4.      Ruangan harus di lantai satu dan mudah dipantau
5.      Tata ruangan menarik; menempelkan poster yang cerah
6.      Warna dinding cerah
7.      Adanya bacaan ringan, lucu, dan memotivasi hidup
8.      Hadirkan musik ceria, tv, dan film komedi
9.      Ada lemari khusus untuk barang-barang pribadi pasien
Lingkungan sosial:
1.      Komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa pasien sesering mungkin.
2.      Memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan.
3.      Menerima pasien apa adanya.
4.      Meningkatkan harga diri pasien.
5.      Menilai dan meningkatkan hubungan social secara bertahap.
6.      Membantu pasien berinteraksi dengan keluarganya.
7.      Sertakan keluarga dalam rencana asuhan, jangan membiarkan pasien sendiri terlalu lama di ruangannya.
b. Pasien dengan Amuk
Lingkungan fisik:
1.      Ruangan aman, nyaman, dan mendapat pencahayaan yang cukup.
2.      Pasien satu kamar, satu orang, bila sekamar lebih dari satu jangan dicampur antara yang kuat dengan yang lemah.
3.      Ada jendela berjeruji dengan pintu dari besi terkunci.
4.      Tersedia kebijakan dan prosedur tertulis tentang protokol pengikatan dan pengasingan secara aman, serta protokol pelepasan pengikatan.
Lingkungan Psikososial:
1.      Komunikasi terapeutik, sikap bersahabat dan perasaan empati.
2.      Observasi pasien tiap 15 menit.
3.      Jelaskan tujuan pengikatan/pengekangan secara berulang-ulang.
4.      Penuhi kebutuhan fisik pasien.
5.      Libatkan keluarga.

MACAM – MACAM TERAPI LINGKUNGAN
Model terapi rehabilitasi yang dapat digunakan untuk membantu seseorang melepaskan diri dari kecanduan dan merubah perilakunya menjadi lebih baik:
1.      Model Terapi Moral
Model terapi rehabilitasi yang dapat digunakan untuk membantu seseorang melepaskan diri dari kecanduan dan merubah perilakunya menjadi lebih baik.

2.      Model Terapi Sosial
Konsep: program terapi komunitas, dimana adiksi terhadap obat-obatan dipandang sebagai fenomena penyimpangan sosial (social disorder).
Tujuan: mengarahkan perilaku yang menyimpang tersebut ke arah perilaku sosial yang lebih layak. Hal ini didasarkan atas kesadaran bahwa kebanyakan pecandu narkoba hampir selalu terlibat dalam tindakan a-sosial termasuk tindakan kriminal.
Kelebihan: perhatiannya kepada perilaku adiksi pecandu narkoba yang bersangkutan, bukan pada obat-obatan yang disalahgunakan.
Prakreknya: ceramah, seminar, dan terutama terapi berkelompok (encounter group).
Tujuannya: melatih pertanggung-jawaban sosial setiap individu, sehingga kesalahan yang diperbuat satu orang menjadi tanggung-jawab bersama-sama.
Keunikan: memfungsikan komunitas sedemikian rupa sebagai agen perubahan (agent of change).

3.      Model Terapi Psikologis
Model ini diadaptasi dari teori psikologis Mc Lellin, dkk yang menyebutkan bahwa perilaku adiksi obat adalah buah dari emosi yang tidak berfungsi selayaknya karena terjadi konflik, sehingga pecandu memakai obat pilihannya untuk meringankan atau melepaskan beban psikologis itu.
Model terapi ini mementingkan penyembuhan emosional dari pecandu, dimana jika emosinya dapat dikendalikan maka mereka tidak akan mempunyai masalah lagi dengan obat-obatan. Jenis dari terapi model psikologis ini biasanya banyak dilakukan pada konseling pribadi, baik dalam pusat rehabilitasi maupun dalam terapi pribadi.

4.      Model Terapi Budaya
Model ini menyatakan bahwa perilaku adiksi obat adalah hasil sosialiasi seumur hidup dalam lingkungan sosial atau kebudayaan tertentu. Dalam hal ini, keluarga seperti juga lingkungan dapat dikategorikan sebagai “lingkungan sosial dan kebudayaan tertentu”.
Dasar pemikiran: praktek penyalahgunaan narkoba oleh anggota keluarga tertentu adalah hasil akumulasi dari semua permasalahan yang terjadi dalam keluarga yang bersangkutan. Sehingga model ini banyak menekankan pada proses terapi untuk kalangan anggota keluarga dari para pecandu narkoba tersebut.

fahminazzy.blogspot.com/2012/07/09/terapi-lingkungan.html
newer post
newer post older post Home